
Apa Itu Hemodialisa (Cuci Darah)?
Hemodialisa adalah prosedur medis untuk membersihkan darah dari limbah, kelebihan cairan, dan zat berbahaya ketika ginjal tidak dapat melakukannya dengan baik.
Proses hemodialisa membantu mengontrol tekanan darah dan menyeimbangkan mineral penting, seperti kalium, natrium, dan kalsium, dalam darah.
Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis, yang bekerja menyaring darah di luar tubuh dan kemudian mengembalikannya ke dalam tubuh.
Kenapa Perlu Melakukan Hemodialisa (Cuci Darah)?
Hemodialisa atau hemodialisis adalah terapi yang digunakan untuk membersihkan darah di luar tubuh.
Terapi ini biasanya dibutuhkan oleh pasien dengan gagal ginjal atau penyakit ginjal kronis, yang ginjalnya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.
Pada tubuh manusia, ginjal memiliki peran penting dalam menyaring darah dan mengeluarkan limbah serta kelebihan cairan. Selain itu, ginjal juga memproduksi zat-zat yang penting untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tetap sehat.
Namun, pada penderita gagal ginjal atau penyakit ginjal kronis, ginjal tidak dapat melakukan fungsi ini dengan optimal. Akibatnya, tubuh membutuhkan bantuan alat medis untuk melakukan proses cuci darah, yang dikenal dengan istilah hemodialisa.
Dengan kata lain, hemodialisa menggantikan peran ginjal yang sudah tidak mampu bekerja secara efektif lagi.
Kapan Harus Melakukan Hemodialisa (Cuci Darah)?
National Kidney Foundation merekomendasikan untuk memulai hemodialisis ketika fungsi ginjal turun hingga 15 persen, atau jika seseorang mengalami gejala parah akibat penyakit ginjal, seperti:
- Sesak napas.
- Kelelahan.
- Kram otot.
- Mual atau muntah.
Keputusan untuk memulai hemodialisis akan dibuat oleh dokter berdasarkan hasil tes laboratorium, yang mengukur sisa fungsi ginjal dan gejala yang dialami oleh pasien.
Persiapan Hemodialisis
Sebelum memulai hemodialisis, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan:
Pembuatan akses vaskular: Akses vaskular adalah jalur masuk ke pembuluh darah untuk menghubungkan pasien dengan mesin dialisis. Ada tiga jenis akses vaskular yang umum digunakan, yaitu fistula arteriovenosa (AV), graft AV, dan kateter vena sentral.
Pemeriksaan kesehatan: Dokter akan melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh untuk memastikan pasien dalam kondisi yang optimal untuk menjalani hemodialisis.
Diskusi dengan dokter: Pasien perlu berdiskusi dengan dokter mengenai jadwal hemodialisis, diet yang dianjurkan, dan obat-obatan yang perlu dikonsumsi.
Prosedur Hemodialisa (Cuci Darah)
Dalam perawatan hemodialisis, proses penyaringan darah dilakukan dengan bantuan mesin khusus yang menggantikan fungsi ginjal yang rusak.
Mesin ini berfungsi sebagai ginjal buatan yang menyaring zat-zat kotor, garam, dan kelebihan air dari darah.
Berikut adalah prosedur hemodialisa yang perlu dipahami:
- Persiapan pasien. Pasien akan dipersiapkan dengan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium untuk memastikan kondisi tubuh.
- Pemasangan akses vaskular. Petugas medis akan memasukkan jarum ke pembuluh darah pasien untuk menghubungkan aliran darah ke mesin hemodialisis.
- Menghubungkan ke mesin. Setelah pemasangan akses vaskular, darah pasien akan dialirkan ke mesin hemodialisis.
- Proses penyaringan darah. Dalam mesin, darah kotor akan disaring melalui filter khusus (dializer) untuk menghilangkan limbah dan kelebihan cairan.
- Proses pengembalian darah bersih. Setelah disaring, darah yang sudah bersih akan dikembalikan ke dalam tubuh pasien.
- Cuci darah dengan menggunakan metode ini bisa menghabiskan waktu sekitar empat jam per sesi.
Dalam seminggu, pengidap mungkin memerlukan setidaknya tiga sesi dan hanya bisa dilakukan di klinik cuci darah atau rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas memadai.
Faktor yang Bisa Menyebabkan Kegagalan Prosedur Hemodialisa
- Kondisi jantung yang buruk, sehingga memengaruhi respon tubuh terhadap prosedur hemodialisa.
- Infeksi pada akses pembuluh darah dapat mengganggu proses hemodialisa.
- Adanya sumbatan pada akses pembuluh darah, sehingga proses hemodialisa terhambat.
- Pasien memiliki penyerta seperti diabetes atau tekanan darah tinggi yang dapat memperburuk fungsi ginjal.
Apa Kata Studi tentang Hemodialisa (Cuci Darah)?
Studi berjudul Effect of Hemodiafiltration or Hemodialysis on Mortality in Kidney Failure yang dipublikasikan oleh The New England Journal of Medicine (2023), menyebut bahwa, selain hemodialisis standar, pasien dengan kondisi gagal ginjal juga dapat memperoleh manfaat dari hemodiafiltrasi dosis tinggi.
Hasil studi menunjukkan, penggunaan hemodiafiltrasi dosis tinggi menghasilkan rasio kematian yang lebih rendah akibat penyebab apa pun, jika dibandingkan dengan hemodialisis konvensional.
Terapi hemodiafiltrasi sebenarnya hampir sama dengan hemodialisis konvensional.
Bedanya, hemodiafiltrasi menggunakan kombinasi dua teknik yaitu hemodialisis (difusi) dan hemofiltrasi (konveksi), untuk meningkatkan penyaringan dan pembersihan zat larut pada spektrum dengan berat molekul yang lebih luas.
Berikut ini beberapa tanda jika proses hemodialisa berjalan dengan baik:
- Tekanan darah menjadi lebih terkendali dan stabil.
- Merasa lebih bertenaga dan tidak mudah lelah.
- Nafsu makan membaik. Kamu memiliki keinginan atau dorongan untuk makan setelah sebelumnya mungkin mengalami penurunan nafsu makan.
- Kesulitan bernapas atau sesak napas yang sebelumnya dirasakan berkurang.
- Pembengkakan berkurang di kaki, tangan, atau wajah mulai berkurang.
- Berat badan mendekati berat kering ideal. Berat kering ideal merupakan berat yang dicapai ketika tidak ada cairan ekstra dalam tubuh.
- Apa Efek Samping dari Hemodialisa (Cuci Darah)?
- Peran hemodialisa memang amat memang sangat vital, menggantikan fungsi ginjal untuk menyaring tubuh. Namun, bukan berarti proses ini bebas efek samping.
Dalam beberapa kasus, hemodialisa bisa menimbulkan efek samping, seperti:
- Tekanan darah rendah (hipotensi). Proses penyaringan darah dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, yang bisa menyebabkan pusing atau lemas.
- Kram otot. Beberapa pasien mengalami kram otot terutama di kaki, selama atau setelah sesi hemodialisa akibat perubahan cairan tubuh.
- Mual dan muntah. Beberapa orang merasa mual atau bahkan muntah selama atau setelah prosedur. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh pengeluaran limbah dan cairan berlebih.
- Gatal-gatal (pruritus). Beberapa pasien mengalami rasa gatal yang tidak nyaman setelah dialisis, sering kali akibat penumpukan limbah dalam tubuh.
- Gangguan tidur. Kesulitan tidur setelah prosedur hemodialisa bisa terjadi karena ketidaknyamanan fisik atau perubahan cairan tubuh.
- Pembengkakan. Meskipun hemodialisa membantu mengurangi pembengkakan, terkadang beberapa pasien masih mengalami pembengkakan di tangan atau kaki.
- Infeksi. Karena prosedur melibatkan akses pembuluh darah, ada risiko infeksi di tempat pemasangan jarum atau kateter.
- Kelelahan. Setelah prosedur, pasien sering merasa lelah atau lemas karena proses hemodialisa yang mempengaruhi tubuh.
Siapa yang Membutuhkan Hemodialisa (Cuci Darah)?
Hemodialisa umumnya dilakukan oleh pasien yang mengidap penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal. Terapi ini diperlukan karena ginjal sudah tidak dapat berfungsi dengan baik lagi.
Artinya, jika penyakit ginjal sudah mencapai tahap yang parah dan ginjal tidak mampu bekerja secara optimal, hemodialisa menjadi solusi untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak.
Seseorang bisa memulai hemodialisa ketika dirinya memiliki gejala gagal ginjal.
Contohnya seperti mual, kelelahan, tingginya tekanan darah, atau hingga pembengkakan pada tungkai.
Di samping itu, tes laboratorium juga bisa menentukan perlu atau tidaknya seseorang menjalani hemodialisa.
Bila tes laboratorium menunjukkan tingkat limbah beracun yang tinggi dalam darah, hemodialisa perlu dilakukan.
Di mana Melakukan Hemodialisa (Cuci Darah)?
Seseorang yang memerlukan hemodialisa dapat menjalani prosedur ini di beberapa tempat yang dilengkapi dengan fasilitas medis yang sesuai.
Berikut adalah tempat-tempat di mana seseorang bisa melakukan hemodialisa:
- Rumah sakit. Banyak rumah sakit, baik rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus ginjal, menyediakan layanan hemodialisa. Di sini, pasien akan mendapatkan pemantauan medis yang ketat selama prosedur.
- Klinik cuci darah. Klinik-klinik ini dirancang untuk perawatan hemodialisa dan dapat ditemukan di berbagai kota. Klinik ini dilengkapi dengan mesin hemodialisa dan fasilitas medis lainnya.
- Pusat dialisis. Pusat dialisis adalah fasilitas medis yang khusus menyediakan layanan cuci darah. Pusat ini juga memiliki mesin dan tenaga medis yang diperlukan untuk melakukan hemodialisa.
Perawatan Setelah Hemodialisis
Setelah menjalani hemodialisis, pasien perlu melakukan beberapa perawatan, seperti:
- Menjaga kebersihan area akses vaskular.
- Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi sesuai dengan anjuran dokter.
- Minum obat-obatan yang diresepkan oleh dokter secara teratur.
- Memantau berat badan dan tekanan darah secara teratur.
- Penting untuk mengikuti semua anjuran dokter untuk menjaga kesehatan dan mencegah komplikasi.
Tips Menjalani Hemodialisis
Menjalani hemodialisis bisa menjadi tantangan, tetapi ada beberapa tips yang dapat membantu Anda menjalaninya dengan lebih baik:
Patuhi Jadwal
Usahakan untuk tidak melewatkan jadwal hemodialisis Anda.
Jaga Kesehatan Fisik
Olahraga ringan secara teratur dapat membantu meningkatkan energi dan kualitas tidur.
Kelola Stres
Cari cara untuk mengelola stres, seperti meditasi, yoga, atau menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat.
Bergabung dengan Kelompok Dukungan: Berbicara dengan orang lain yang menjalani hemodialisis dapat memberikan dukungan emosional dan informasi yang berharga.